Review Anime : Shoujo-tachi wa Kouya wo Mezasu.

Karena lagi bosan nyari anime musim dingin lain untuk penulis review, jadi penulis tadi-nya iseng iseng aja nonton anime ini. Dan ternyata seusai menonton episode ke-12 nya kemarin, penulis gak terlalu wow dengan anime ini. Biasa aja dan bahkan cenderung jelek. Kenapa begitu? mari kita telaah anime ini secara seksama. 

Sinopsis : Buntaro Houjo adalah seorang anak SMA biasa yang gak punya impian atau cita-cita. Ia punya bakat terpendam yaitu menulis naskah drama bagi klub drama SMA-nya. Sampai suatu hari, Buntarou bertemu dengan seorang wanita teman sekelasnya bernama Sayuki Kuroda, dan diajak untuk membuat game bishoujo bersama-sama!.

Soal grafisnya sih penulis gak ada masalah, begitu pun sound artnya. Penulis suka banget sama suaranya Yuuka di anime ini. Masalah sebenarnya terletak di jalan cerita. Gak ada penjelasan bagaimana mereka membuat game-nya, atau bagaimana game tersebut jadinya. Yang ada hanya Buntarou yang terus terusan menulis naskah, Yuki yang terus terusan menggambar lalu tiba tiba jadi game. Aneh sekali rasanya.

Kemudian karakternya. Selain Kuroda Sayuki, penulis rasa karakter lain dibuat dengan setengah hati. Buntarou yang sebagai karakter utama dibuat terlalu biasa, namun dalam sebuah episode (lupa, pokoknya pas dia datang ke Akibahara) dia jadi berbeda dan lain. Yuuka yang sampai pertengahan anime gak ada kerjaan selain hanya ngerecokin Buntarou bikin naskah atau ngerecokin karakter lain. Yuuki yang pemalu dan mendapat porsi yang sedikit sekali di anime ini. Atomu yang ...... (gak ngerti lagi harus apa dengan karakter yang satu ini). Namun yang paling penulis soroti adalah Andou. Penulis rasa karakter ini gak ada kerjaan lain di anime ini selain bikin konflik gak jelas dengan Sayuki. 

Kembali ke jalan cerita, seharusnya konflik dari cerita ini kan adalah halangan yang mesti dihadapi dalam membuat game. Semisal Bunta yang kadang buntu dalam mencari ide, Yuki yang capek menggambar terus terusan, Yuuka yang ingin se-profesional mungkin menjadi Seiyuu dll. Namun tepat hampir di akhir anime, mereka harus berurusan dengan pembuat game lain untuk berlomba siapa yang memenangkan penjualan terbanyak. Gak penting. Menambah nambahkan konflik bukan berarti membuat cerita semakin baik, namun malah membuat kejelasan konflik yang sebelumnya menjadi samar atau bahkan terpecah. 

Se-membosankan apapun anime atau se-parah apapun, penulis bakalan tetap nonton sampai akhir. Termasuk anime ini. Endingnya sendiri-pun gak membuat anime ini semakin baik. Penulis gak ada hype apapun tentang anime ini. Berharap awalnya bakalan seperti Shirobako yang teknis, jelas dan rinci. Apa daya, realitanya malah jauh dari yang penulis bayangkan.

Bukan berarti gak ada hikmah yang bisa diambil loh ya. Anime ini mengajarkan untuk kita bahwa semakin kita dewasa, maka beban atau ekspektasi orang terhadap kita akan semakin berat dan tinggi. Menjalankan sesuatu sebagai pekerjaan haruslah seprofesional mungkin...

(Note : Anime ini masuk lagi list anime yang opening, judul sama ceritanya gak nyambung. Barengan sama Death Parade dan Gakkou Gurashi hahahah)

Komentar

Postingan Populer