Bagaimana Kalau Indonesia Memakai 4-4-2 Versi Portugal?

Piala AFF tinggal menghitung jam saja. Malam nanti, Indonesia akan melawan Thailand dalam pertandingan akbar Piala AFF 2016. Thailand bukan tim sembarangan, tercatat Tim "Gajah Putih" berhasil memenangkan piala paling bergengsi se-Asia Tenggara tersebut sebanyak 4 kali. Namun mau tidak mau, skuad Indonesia yang dipimpin Alfred Riedl haruslah siap melawan Thailand nanti.

Cideranya Irfan Bachdim membuat Alfred Riedl cukup pusing menentukan lini serang Indonesia. Pasalnya pemain 28 tahun tersebut dinilai cukup nyetel dengan Boaz, partnernya di lini depan dalam formasi 4-4-2. Apalagi kekasih dari Jennifer Bachdim itu merupakan salah satu tulang punggung tim. Tak sekalipun ia absen dalam 4 laga persahabatan yang dijalani Indonesia.

Bicara soal 4-4-2, penulis jadi teringat Leicester City yang berhasil menjuarai Liga dengan landasan formasi tersebut. Berbekal Jamie Vardy serta Shinji Okazaki di lini depan, the Foxes berhasil membuat sejarah dengan pertama kalinya mereka menjuarai piala Liga Inggris. Hal yang sama juga ditorehkan Portugal di Piala Eropa 2016. Namun, uniknya Portugal adalah, mereka tidak memiliki striker murni sebagai 2 penyerang di formasi 4-4-2.

Tak seperti Leicester yang menggunakan penyerang murni seperti Vardy dan Okazaki, Portugal malah memakai kedua pemain bintang mereka, Cristiano Ronaldo dan Nani sebagai penyerang. Padahal seperti yang kita tahu, Ronaldo dan Nani adalah winger. Bermain sebagai striker bukan posisi favorit mereka.

Namun, tanggapan tersebut ditepis oleh keduanya. Nani dan Ronaldo sama-sama mencetak 3 gol di turnamen tersebut, dan seperti yang kita tahu bersama, mereka berhasil menjuarai Piala Eropa pertama mereka sepanjang sejarah.

Kembali lagi ke Indonesia, lantas apakah Indonesia bisa memakai 4-4-2 versi Portugal?. Penulis menjawab iya. Kenapa? Mari kita kupas lebih dalam.

Pertama, 4-4-2 versi Portugal tidak memakai 2 striker murni, karena kurangnya pemain kelas dunia di posisi tersebut. Akan tetapi, mereka punya mega bintang Cristiano Ronaldo, serta pemain cepat nan lincah dalam diri Nani. Fernando Santos beranggapan bahwa mereka berdua bisa menghasilkan tendangan ke arah gawang lebih banyak daripada striker murni mereka. Indonesia sebenarnya punya 4 striker murni dalam diri Muchlis Hadi, Ferdinan Sinaga, Lerby Eliandri serta Boaz Sollosa. Namun, hanya nama terakhir yang punya potensi menjadi striker Indonesia. Lerby tidak cukup apik berduet dengan Boaz, Ferdinan pun demikian. Muchlis?. Ia bahkan belum nyetel dengan seluruh penggawa skuad Indonesia. Lantas apa solusinya?. Penulis berusul untuk memainkan antara Andik atau Zulham Zamrun sebagai duet Boaz di lini serang. Zulham punya kecepatan yang sangat baik serta tendangan keras yang akurat. Andik punya dribble yang menawan dan kelincahan. Keduanya bisa jadi partner yang pas bagi Boaz. Boaz bisa menjadi "Ronaldo" sang ancaman sesungguhnya, sementara Andik/Zulham bisa menjadi "Nani" yang diam diam memberikan ancaman.

Kedua, 4-4-2 versi Portugal tidak memakai winger. Mereka menempatkan banyak sekali pemain di tengah. William Carvalho, Renato Sanchez/Andre Gomes dan Adrien Silva/Joao Moutinho menjadi tiga gelandang dibelakang Joao Mario sebagai gelandang serang yang mendukung Nani serta Ronaldo. Indonesia sebenarnya agak susah memakai cara ini, karena Indonesia punya stok winger yang cukup melimpah. Terdapat Bayu Gatra, Andik, Zulham, serta Rizki Pora yang bisa dijadikan sebagai winger. Namun, jika melawan tim dengan serangan yang kuat seperti Thailand/Fillipina, menumpuk gelandang bertahan bisa menjadi solusi seperti yang dilakukan Portugal di final melawan Prancis.

Evan Dimas bisa diplot sebagai gelandang serang yang menopang Zulham-Boaz. Di belakang mereka, ada 2 gelandang box to box yaitu Lilipaly-Bayu Pradana serta satu gelandang bertahan yaitu Dedi Kusnandar. Penulis sih kurang yakin dengan Bayu Pradanan sebagai box-to-box. Namun Lilipaly penulis yakin bisa memainkannya. Mengingat ia bermain di liga yang cukup ketat yaitu Divisi 2 Liga Belanda.

Ketiga, dua fullback yang tak berhenti maju-mundur. Portugal kala itu punya Cedric Soares dan Raphael Guerreiro sebagai fullback. Mereka punya stamina yang bagus dan tak pernah berhenti melakukan serangan. Ketika mereka maju, kedua gelandang Portugal (Sanchez-Adrien Silva) berada di garis tengah untuk mengantisipasi kalau mereka terkena serangan balik. Ketika mereka mundur, kedua gelandang tersebut kembali ke posisi mereka lagi di tengah. Tak heran khususnya, Guerreiro kala itu menyita perhatian Eropa sebagai bek kiri terbaik Turnamen.

Indonesia sebenarnya punya fullback yang tidak jelek jelek amat. Abduh Lestaluhu dan Benny Wahyudi bisa membantu penyerangan. Penulis akan tunggu kehebatan mereka di AFF nanti malam.

Komentar

Postingan Populer