Legenda Yang Terlupakan Itu Bernama Guti.

Sejarah selalu mencatat Raul dan Casillas sebagai legenda sepakbola Real Madrid. Raul selalu disebut sebagai Pangeran Bernabeu, sementara Casillas adalah kiper yang naik tahta. Namun diantara naik daunnya nama kedua orang tersebut, nama Guti Hernandez seolah terlupakan. Mungkin hanya sedikit orang yang mengakui Guti, padahal penyerang asal Spanyol ini tercatat hampir seperempat abad membela Los Blancos. Bukan pencapaian yang bisa dianggap gampang.

Guti Hernandez, kalau bisa dibilang, adalah pemeran figuran dibalik megahnya Los Galacticos. Kalau Raul dan Casillas adalah orang-orang yang beruntung dikarenakan mereka adalah lulusan akademi yang berhasil menjadi bagian Galacticos jilid satu, Guti termasuk orang yang sial.

Guti mengawali karirnya sebagai penyerang. Ketika Fernando Morientes minggat karena cidera berkepanjangan, banyak orang memprediksi Guti yang akan menjadi suksesor striker asal Spanyol itu. Namun alih-alih akan menjadi tandem Raul, Madrid memboyong Ronaldo Da Lima dari Inter Milan. Guti sebenarnya tidak kecewa, karena ia masih bisa bermain meskipun posisinya digeser lebih ke tengah menjadi seorang gelandang. Akan tetapi kehadiran Zinedine Zidane membuat namanya seakan tertutup. Zidane bagaikan venus yang bersinar paling terang ketika dilihat di langit, sedangkan Guti hanyalah bintang tak bernama, yang jika disandingkan dengan Raul, Ronaldo, Seedorf, Hierro bahkan Casillas yang merupakan juniornya, ia bagaikan bintang terpudar. Mungkin senasib dengan Makalele saat itu.

Usai Piala Dunia 2006, Zidane memutuskan pensiun dari dunia persepak bolaan. Ketika Guti punya secercah harapan untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak, rupanya para fans, termasuk pelatih Madrid sendiri, lebih menginginkan David Beckham sebagai penerus Zidane sang jenderal lapangan tengah. Naas bagi pemain kelahiran Spanyol tersebut, ia juga sering menjadi penghangat bangku cadangan akibat performanya yang naik turun, serta kelakuannya yang kasar di lapangan.

Guti tak pernah menjadi favorit Madridista. Tak sekali dua kali ia terkena skandal di luar lapangan yang berakibat ejekan bagi para Madridista sendiri. Dibantu oleh penampilan buruknya di lapangan, para fans menjadi semakin membencinya. 

Tahun 2010, bersamaan dengan kepergian Raul ke Schalke, Guti pindah ke Besiktas. Kepergian Raul disambut kesedihan yang mendalam bagi para fans, sementara kepergian Guti seolah tidak dianggap. Sungguh nasib yang tragis untuk pemain yang telah memberikan segalanya bagi klub. 

Sampai penghujung karirnya di Real Madrid, para fans bahkan tak sedikitpun menaruh hati pada pemain yang satu ini. Meski demikian, Real Madrid menaruh respek yang amat dalam padanya. Tak bisa dipungkiri bahwa Guti adalah salah satu dari sedikit lulusan akademi yang mempunyai kesempatan bermain di tim utama itu sendiri. Di tengah megahnya Los Galacticos yang berfondasikan ratusan juta euro, Guti masih punya tempat, dan hal itu harusnya diapresiasi oleh para fans. 

Kini Guti sedang meniti karir sebagai pelatih akademi Real Madrid. Bahkan di pekerjaannya yang baru, ia masih tetap kalah dari sosok Zidane yang menjabat sebagai pelatih utama. Namun hal ini bukan berarti Guti menjadi benci. Biar bagaimanapun, Zidane adalah salah satu aktor dibalik suksesnya Real Madrid di masa sekarang. Dan demi Real Madrid, Guti rela melakukan apapun. Mimpinya sebagai pelatih utama tidak ia buang, malah ia masih berharap akan jabatan tersebut. Tapi itulah Guti, fans dari generasi ketika ia bermain, hingga generasi sekarang lebih suka Zidane dan menganggap dirinya tak ada. Sungguh representasi dari Legenda Yang Terlupakan...

Komentar

Postingan Populer