Pemain Cadangan Bukan Pemain Lemah.

Bayangkan anda adalah seorang manajer klub di Eropa, dan tim anda sedang bertanding melawan tim lainnya di sebuah liga profesional.

Pada menit ke 18, striker tim lawan berhasil mencetak satu gol dengan sontekan ke ujung kiri gawang yang gagal diantisipasi oleh kiper tim anda. Gol ini tercipta berkat kecerdikan striker tim lawan, serta salah antisipasi dari bek tengah anda yang selama 18 menit ini bermain sebenarnya tidak terlalu buruk.

Menit ke 28, striker tim anda mendapatkan peluang emas, namun bek tengah lawan lebih sigap, bola akhirnya keluar dan menjadi corner kick.

Menit ke 35, anda mulai sadar bahwa bek tengah lawan bermain sangat bagus dan berhasil mengintimidasi striker utama anda yang berumur 24 tahun. Untuk lebih mengandaikan lagi, striker utama anda yang sekarang sedang bermain adalah salah satu pemain top di tim anda, dan sudah berhasil menyarangkan 23 gol dalam 34 pertandingan musim lalu. Pemain ini adalah tipe striker yang piawai membawa bola, dan punya kecepatan untuk menusuk pertahanan lawan dan menyarangkan gol. Tipikal Aguero kalau di Manchester City.

Istirahat babak pertama akhirnya dimulai. Anda tahu bahwa sebenarnya memainkan striker utama anda saat ini tidak akan berarti apa-apa. Bek tengah lawan jauh lebih kuat dan tinggi dibandingkan striker utama anda. Meskipun tidak lebih cepat, namun bek tengah lawan punya pengalaman segudang. Dibandingkan dengan striker utama anda, mungkin yang ada hanya striker utama anda menurun mentalnya saat bertanding.

Akhirnya anda mendapat kesimpulan, anda harus memainkan striker cadangan anda. Striker cadangan anda adalah pria berumur 32 tahun dengan tinggi badan 193 centimeter. Dan pemain ini hanya mencetak 4 gol dari 18 pertandingan yang dia lakoni musim lalu, dengan catatan hanya 6 kali diturunkan sebagai starter. Ia tidak terlalu piawai membawa bola, dan larinya juga tidak terlalu cepat. Akan tetapi persentase duel udaranya yang mencapai hampir 70% kemenangan adalah hal positif.  Memainkannya akan sangat beresiko, namun anda butuh kemenangan atau setidaknya hasil seri.

Menit 60, striker utama anda akhirnya digantikan oleh striker cadangan anda. Pria tua ini akhirnya masuk ke lapangan dengan secepat ia berlari. Anda juga mengganti taktik dengan selalu mengirimkan umpan panjang ke striker cadangan anda yang bertubuh tinggi.

Menit 73, striker anda mendapatkan peluang emas. Umpan lambung yang dikirimkan winger kiri anda berhasil ia tanduk, namun karena tidak terlalu matang, hasil tandukannya melebar ke sisi kiri gawang.

Pada akhirnya, menit ke 85, striker cadangan anda berhasil mencetak gol. Umpan lambung matang yang dikirim gelandang bertahan anda berhasil ia sodor dengan kepalanya ke tiang kanan jauh gawang lawan. Kiper lawan tidak mencoba untuk menggapainya. Alhasil gol indah pun tak terelakkan. Anda bersorak girang, para penonton pun demikian. Bek tengah lawan yang sedari tadi berhasil mengalahkan striker utama anda, hanya menggeleng geleng kepala sambil menghadap rumput hijau yang ia injak di bawah.

Peluit panjang pun ditiup wasit sampai tiga kali. Pertandingan berakhir dengan skor 1-1. Anda cukup puas dengan hasil ini karena setidaknya anda tidak kalah, dan tabel klasemen tim anda juga tidak bergeser. Artinya hasil ini cukup membahagiakan untuk anda dan tim anda.

***

Cerita di atas adalah rekayasa fiktif semata. Artinya hanya dikarang oleh penulis. Point pentingnya adalah sehebat apapun pemain utama anda, akan selalu ada pemain lain yang jauh lebih hebat lagi. Di cerita, mungkin striker utama adalah orang yang mencetak 24 gol di musim lalu, tapi dia tidak bisa bermain hebat di setiap laga. Yang membuat pemain menjadi hebat salah duanya adalah manajer di belakangnya, serta tim yang menyokongnya. Mungkin striker 24 tahun di cerita diatas sudah disokong oleh timnya, namun karena kalah dari segi taktik, yang merupakan keahlian manajer, striker 24 tahun ini akhirnya tidak berdaya. Pada akhirnya manajer menggantikannya dengan pria tua berumur 32 tahun, yang dari jumlah gol dan menit bermain, bisa dibilang pemain ini lebih "lemah" dibanding striker 24 tahun. Namun, sang manajer tahu bahwa ia punya tinggi badan yang menjadi senjata utamanya. Yang menjadikan ia "kuat". Ia juga mengganti taktik menyerangnya menjadi bola-bola atas yang menjadi keunggulan dari sang penyerang cadangan. Pada akhirnya, sang striker mencetak gol kemenangan, dan timnya terhindar dari kekalahan.

Dalam sebuah tim, tidak ada pemain lemah. Yang ada hanya pemain kuat dalam satu taktik, dan pemain kuat dalam taktik lainnya. Tak bisa dipungkiri, bahwa kita tidak bisa memainkan dua taktik secara bersamaan. Mungkin sang manajer lebih menyukai pemain 24 tahun, dikarenakan ia masih muda (artinya lebih berstamina), cepat, dan secara kebetulan sesuai dengan taktik utamanya. Dan striker 32 tahun dipinggirkan karena ia sudah tua, lamban, dan tidak sesuai dengan taktik utamanya. Namun intinya, kedua pemain adalah bagian penting dari tim, dan itu tidak terelakkan sama sekali...

Komentar

Postingan Populer