Majelis Lucu Indonesia?

Akhir-akhir ini, isu salah satu komika yang terkena kasus menistakan agama adalah masalah yang cukup sering dibahas, entah di media sosial maupun di televisi swasta. Awal mula, komika itu membawakan tema roasting ke salah satu mantan anggota girl band yang pamornya sudah menurun sekarang. Lebih lanjut mungkin kalian bisa mencari video yang dipublish Majelis Lucu Indonesia tersebut di Youtube karena saya takut bisa menimbulkan salah paham.

Komika itu akhirnya menyentuh ranah agama dalam bit-nya. Semua penonton disana tertawa terbahak-bahak, seolah tidak ada yang salah dalam materi komika tersebut. Namun penonton youtube yang triggered merasa materi komika tersebut sudah menyentuh nilai-nilai yang seharusnya tidak disentuh. Pada akhirnya komika tersebut mulai dicela oleh netizen, sampai akhirnya beberapa orang mulai membawa kasus ini ke ranah hukum.

Membahas kasus ini sebenarnya membahas komikanya yang menjadi "tersangka", akan tetapi saya lebih ingin membahas mengenai komunitas dimana komika ini bisa mengutarakan materi-materi tersebut. Karena tentu saja kejahatan tidak akan terjadi tanpa adanya kesempatan, bukan begitu bang Napi?.

Majelis Lucu, hmmm mulai darimana ya?. Awal saya mengetahui Majelis Lucu Indonesia sebenarnya bermula dari media sosial Twitter. Saya sempat mengikuti beberapa akun stand up comedian yang menurut saya menarik, dan cuitan-cuitannya mengesankan. Sampai suatu hari seorang komika mulai mengiklankan Majelis Lucu Indonesia. Mulanya saya hanya diam saja, pikir saya mungkin ini hanya sebuah tour stand up yang dibuat beberapa komika. Namun setelah melihat testimoni-testimoni yang mengatakan bahwa videonya lucu, saya mulai menonton satu video.

Video MLI paling awal adalah roasting Joshua Suherman, mantan penyanyi cilik yang kehilangan selera pasar karena pubertas dan beralih pekerjaan menjadi komika yang tidak lucu-lucu amat. Awal saya nonton, saya merasa ini lucu. Saya kemudian menyukai video-video unggahan MLI, dan berlanjut terus hingga beberapa minggu kalau tidak salah.

MLI juga membuat akun instagram dan akun twitternya sendiri. Unggahan dan cuitan-cuitan mereka kebanyakan berisi reupload video/foto jenaka. Mereka sering mengkritisi mengenai selera humor rakyat yang sampah dan seringkali tidak lucu. Mereka menciptakan parameter mereka sendiri tentang apa yang dianggap lucu dan apa yang dianggap tidak lucu. Sering kali unggahan mereka dikomentari dengan balasan yang tak kalah lucu dengan caption MLI (bukan videonya karena tidak lucu). MLI menjadi pioneer dalam akun instagram bertema komedi yang isinya mengkritisi humor dan menjadi hakim kelucuan. Karena itu mereka berhasil mengumpulkan basis follower yang jumlahnya tak main-main dalam waktu singkat.

Salah satu kekuatan MLI mungkin karena anggota-anggotanya. Mereka semua adalah komika yang setidaknya pernah muncul di layar kaca televisi anda. Meskipun ada yang lucu, ada yang tidak lucu, dan ada yang pernah lucu, mereka memanfaatkan status komika yang pernah muncul di layar kaca untuk setidaknya mencari fanbase yang belum tahu MLI.

Kekuatan MLI yang lainnya juga adalah tema yang mereka bawakan. MLI tidak takut membawakan tema dark comedy yang isinya hal-hal yang sensitif. Indonesia masih belum reda dari kasus penistaan agama yang dilakukan mantan gubernur, namun MLI dengan berani (atau bodoh) masih membawakan komedi dari tema yang sensitif semisal agama tersebut.

Menurut saya, MLI adalah sebuah gebrakan dari komika-komika yang ingin membawa kembali komedi-komedi berkualitas ke Indonesia. Mereka nampaknya bermimpi Indonesia bisa menjadi seperti Amerika, dimana kebebasan adalah hal yang lumrah dalam berbicara. Dimana mengkritik secara pedas tidak akan memasukkan anda ke dalam penjara, namun justru membuat orang yang dikritik sadar. Dimana komedi adalah hal yang ampuh dalam mengkritisi, dan kritikan tersebut dimengerti banyak orang.

Saya menyadari Indonesia sedang darurat komedi. Mengkritisi dianggap menghina, stereotyping dianggap mengkotak-kotakkan, bahkan orang-orang yang sumbu pendek bisa saja mencari maksud menghina dari sebuah materi, padahal tidak ada sama sekali maksud menghina dalam materi tersebut.

Pada akhirnya, jangan sampai quotes yang ada di setiap akhir film warkop jadi kenyataan. "Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang."

















Komentar

Postingan Populer