Review Film: Three Billboards Outside Ebbing Missouri


Iklan, sebenarnya adalah sarana promosi untuk menawarkan barang, jasa, tempat usaha, ide dan hal-hal lain sebagai tujuan untuk dilihat khalayak ramai. Iklan juga bisa dipakai untuk menyampaikan pesan. Biasanya pesan ini berupa layanan masyarakat atau hal-hal lain yang tujuannya untuk membantu masyarakat. Tapi bagaimana jadinya jika iklan dipakai untuk menunjukkan kritik?

Mildred Hayes di film ini melakukan hal tersebut. Ia melihat tiga papan reklame yang tak terpakai di sebuah jalan dan dibelinya hak sewa papan reklame tersebut untuk menyampaikan keluh kesahnya. Tak main-main, keluh kesahnya itupun fenomenal. Bunyinya seperti ini:

"RAPED WHILE DYING"

"AND STILL NO ARREST?"

"HOW COME, CHIEF WILLOUGHBY?"

Keluh kesahnya ini berkenaan dengan kejadian yang menimpa putrinya, Angela Hayes, yang tertimpa kejadian pemerkosaan sekaligus pembunuhan. Pembunuh putrinya itu tidak tertangkap-tangkap sampai sekarang. Mildred menyayangkan polisi, sebagai pihak berwenang yang tidak sangat tanggap untuk mencari pelakunya. Chief Willoughby, kepala polisi di daerah Missouri, ia tuding tidak becus dalam pekerjaannya untuk menangkap pelaku tersebut.

Ketika cerita berjalan, ada beberapa orang yang setuju dan tidak setuju atas aksi Mildred ini. Kebanyakan tidak setuju, termasuk anak lelakinya, Robbie. Namun Mildred masih melanjutkan aksi kritiknya tersebut.

Polisi disini juga bukannya antagonis. Willoughby adalah seorang kepala polisi yang bijaksana. Ia berusaha bersikap tenang atas apa yang Mildred lakukan. Ia punya keyakinan kepada Dixon. Willoughby sebenarnya adalah korban. Bukan korban atas apa yang Mildred lakukan, namun korban atas apa yang Angela Hayes alami.

Yang saya sukai dari film ini sebenarnya adalah perkembangan karakter Dixon. Mungkin perkembangannya terasa sangat cepat, namun kita jadi bisa tahu seberapa pentingnya karakter Willoughby untuk Dixon. Di awal film, Dixon terasa seperti antagonis, karena segala sifat polisi jahat yang ia miliki, namun Dixon berubah ketika ia menunjukkan sikap maafnya ke Red Welby, teman sebayanya, serta kemunculan 2 orang meksiko di bar. Ada rasa iba yang tertanam ketika kita melihat perubahan karakter Dixon.

Badaimana dengan Mildred? Sepanjang film, wanita ini terus-terusan dengan sikapnya yang pelit senyum dan suka ngata-ngatain orang. Sikap bahagianya bahkan ditutupi dengan sengaja oleh camera ketika dia tahu temannya Denise keluar dari penjara. Senyum Mildred baru keluar di bagian terakhir film, ketika dia dengan Dixon melakukan perjalanan untuk "membunuh" pelaku yang diduga melakukan pemerkosaan.

Yang saya tangkap, sesungguhnya Dixon dan Mildred butuh satu sama lain untuk melengkapi mereka. Hanya saja butuh perubahan karakter untuk melakukan itu. Mildred hanya butuh seseorang yang sangat serius untuk menuntaskan kasus anaknya. Sementara Dixon? Ia hanya ingin menjadi polisi yang baik seperti apa yang Willoughby katakan di surat terakhirnya.

Kalau kalian berpikir bahwa film ini adalah film detektif, kalian mungkin akan kecewa. Awalnya saya berpikir demikian karena mungkin pelakunya akan tertangkap. Rupanya Three Billboards hanya ingin menunjukkan dramanya. Three Billboards mungkin terasa seperti 13 reasons why versi pembunuhan.

Frances McDormand memerankan Mildred dengan sangat-sangat baik dan layak mendapatkan penghargaan aktris terbaik Oscar. Begitupun Sam Rockwell yang ciamik memerankan Dixon (Mendapatkan penghargaan aktor pendukung terbaik). Saya suka melihat acting Frances McDormand sebagai wanita kuat nan mandiri. Sungguh solid sekali apa yang ia lakukan di Three Billboards.

Komentar

Postingan Populer